SEMEN
Pengertian
Karena
beton terbuat dari agregat yang diikat bersama pasta semen yang mengeras maka kualitas
semen sangat mempengaruhi kualitas beton. Pasta semen adalah lem, yang bila
semakin tebal tentu semakin kuat. Namun jika semakin tebal juga tidak menjamin
lekatan yang baik.
Semen
adalah bahan yang bersifat ahdesif maupun kohesif, yaitu bahan pengikat. Menurut
Standar Industri Indonesia, SII 0013-1981, definisi semen Portland yaitu semen
hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terutama terdiri
dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis bersama bahan-bahan yang
biasa digunakan yaitu gypsum.
Fungsi
semen untuk bereaksi dengan air menjadi pasta semen. Pasta semen berfungsi
untuk merekatkan butir-butir antar agregat agar terjadi suatu massa yang
kompak/padat. Selain itu pasta semen juga untuk mengisi rongga-rongga antara
butir-butir agregat. Walaupun volume semen kira-kira 10 persen dari volume
beton, namun karena bahan perekat yang aktif dan mempunyai harga paling mahal
dari bahan dasar beton yang lain maka perlu dipelajari/diperhatikan secara
baik.
Tukang
batu Joseph Aspdin dari Inggris (Pulau Portland) adalah pembuat semen Portland
yang pertama pada awal abad 19, dengan membakar batu kapur yang dihaluskan dan
tanah liat dalam tungku dapur rumahnya. Dari metode kasar ini berkembanglah
industri pembuatan semen yang sedimikian halus sehingga satu kilogram semen
mengnadung sampai 300 milyar butiran.
Semen Hidrolis dan Non Hidrolis
Ada 2 macam semen;
- Hidrolis
à
semen yang akan mengeras bila beraksi dengan air, tahan terhadap air
(water resistance) dan satabil didalam air setelah mengeras.
- Non
hidrolis à
semen yang dapat mengeras tetapi tidak stabil dalam air
Sebagai perbandingan, lihat perbedaan gypsum
dan kapur keras.
- Gypsum
à
mengeras bila beraksi denga air tetapi akan larut dalam air (bukan jenis semen
hidrolis)
- Kapur
keras à
tidak mengeras bila beraksi dengan air melainkan akan mengeras bila beraksi
dengan CO2. Setelah mengeras maka akan tahan dengan air (bukan jenis semen
hidrolis)
Kebutuhan
dunia akan semen hidrolis mencapai ratusan juat ton setipa tahun sehinggaharus
diproduksi dari material alamiah, daripada bahan kimia murni semata.
Salah satu semen hidrolis yang dipakai dalam
konstruksi beton adalah semen Portland. Jenis yang lain ; semen alamiah dan semen
alumina.
Bahan Dasar
Semen
Portland yang dijual dipasaran umumnya berkualisa baik dan dapat dipertanggung
jawabkan.
Bahan dasar semen Portland;
- Kelompok
calcareous à
oksida kapur
- Kelompok
siliceous à
oksida silica
- Kelompok
argillacous à
oksida alumina
- Kelompok
ferriferous à
oksida besi
Semen
portland dibuat dari 4 bahan diatas, dipilih secara selektif dan dikontrol
secara ketat. Setelah pembakaran ditambah gypsum untuk mengatur waktu set (setting
time) mortar atau beton.
Untuk pembutan 1 ton semen Portland
diperlukan bahan dasar;
1,3
ton batu
kapur(limestone)/kapur(chalk)
0,3
ton pasir silica/tanah liat
0,03
ton pasir/kerak besi
0,04
ton gypsum
Proses Pembuatan Semen
Semen
portland dibuat dengan melalui beberapa langkah, sehingga sangat halus dan
memiliki sifat adhesive maupun kohesif. Semen diperoleh dengan membakar secara
bersamaan suatu campuran dari calcareous (yang mengadung kalsium atau batu
gamping) dan argillacous (yang mengnadung alumina) dengan perbandingan
tertentu. Secara mudahnya kandungan semen Portland ialah; kapur, silica dan
alumina. Ketiga bahan tadi dicampur dan dibakar dengan suhu 1550C dan menjadi
klinker. Setelah itu kemudian dikeluarkan, didinginkan dan dihaluskan sampai
halus menjadi bubuk. Biasanya lalu ditambahkan dengan gips atau kalsium sulfat
sebagai bahan pengontrol waktu ikat. Kemudian dikemas dalam kantong dengan
berat bervariai 40 kg dan 50 kg.
Proses Kering dan Proses Basah
Secara
global ada dua macam proses pembuatan semen yaitu; proses kering ada proses
basah. Proses basah cocok untuk material mentah yang gembur seperti kapur dan
tanah liat yang sudah siap terurai didalam air untuk membentuk lumpur. Air
sebanyak 30% akan dibuang pada tahap awal proses kiln.
Untuk
material keras seperti batu kapur dan shale memakai proses kering. Klengasan
dibuang pada tahap awal, umunya pada waktu digiling.
Pemilihan
proses tergantung sifat material, efisiensi setiap proses dan harga energy.
Pada waktu minyak melonjak pada tahun 70-an, proses basah yang mulanya banyak
digunakan kemudian diganti dengan proses kering.
Senyawa Kimia
Empat senyawa kimia yang utama;
- Triklasium
silikat (C3S) atau 3CaO.SiO2
- Dikalsium
silikat (C2S) atau 2CaO.SiO6
- Trikalsium
aluminat (C3A) atau 3 Ca O.Al2O3
- Tetrakalsium
aluminoferit (C4AF) atau 4Ca.Al2O3. Fe2O3
Dua
unsur yang utama (C3S dan C2S) biasanya merupakan 70
sampai 80 % dari unsure semen sehingga merupakan bagian yang paling dominan
dalam memberikan sifat semen. Bila semen terkena air, C3S segera
berhidrasi dan menghasilkan panas. Selain itu juga berpengaruh besar terhadap
pengerasan semen, terutama sebelum mencapai umur 14 hari. Sebaliknya C2S
beraksi dengan air lebih lambat sehingga berpengaruh terhadap pengerasan semen
setelah lebih dari 7 hari. Dan memberikan kekuatan akhir (lihat gambar….).
unsure C2S ini juga membuat semen tahan terhadap serangan kimia dan
juga mengurangi besar susut pengeringan. Kedua unsure pertama ini membutuhkan
air berturut-turur sekita 24 dan 12 % dari masing-masing beratnya untuk
terjadinya reaksi kimia, namun saat hidrasi C3S membebaskan kalsium
hidroksida hampir 3 kali lebih banyak daripada yang dibebaskan C2s.
maka dari itu, jika C3S mempunyai persentase yang lebih tinggi akan
menghasilkan proses pengerasan yang cepat pada pembentukan kekuatan awalnya
disertai suatau panas hidrasi tinggi. Sebalikya presentase C2s yang lebih
tinggi menghasilkan proses pengerasan yang lambat, panas hidrasi sedikit dan
ketahanan terhadap kimia yang lebih baik.
Unsure
C3A (unsure ketiga) berhidrasi secara exothermic, dan beraksi dengan
cepat, memberikan kekuatan seseudah 24 jam. C3A beraksi dengan air
sebanyak kira-kira 40 persen beratnta (lebih banyak daripada unsure 1 dan 2),
namun karena jumlah unsure ini sedikit maka pengaruh pada jumlah air hanya
sedikit. Unsur C3A ini sangat berpengaruh pada panas hidrasi
tertinggi, baik selama pengerasan awal maupun pengeresan berikutnya yang
panjang. Beton yang berhubungan dengan air tanah yang mengandung larutan asam
sulfat (SO4) akan mudah rusak jika semenya mengnadung C3A,
karena kondisi C3A mudah beraksi dengan larutan sulfat. Didalam
beton hasil reaksi ini menghasilkan bentuk zat kimia baru yang dinamakan
ettringite, volumenya lebih besar (mengembang), sehingga membuat beton
retak-retak. Oleh karena itu semen tahan sulfat tidak boleh mengnadung unsure C3A
lebih dari 5 persen.
Unsur C4AF (unsure keenmpa) kurang
begitu besar pengaruhnya terhadap kekerasan semen atau beton.
Hidrasi Semen
Bilamana
semen bersentuhan dengan air maka proses hidrasi berlangsung, dengan arah dari
luar ke dalam, maksudnya hasil hidrasi mengendap dibagian luar dan inti semen
yang belum terhidrasi dibagian dalam secara bertahap terhidrasi sehingga
volumenya mengecil. Proses permulaan hidrasi tersebut berlangsung lambat,
antara 2-5 jam sebelum mengalami percepatan setelah kulit permukaan pecah.
Pada
tahap hidrasi berikutnya, pasta semen menjadi gel (suatu butiran sangat halus
hasil hidrasi, memiliki permukaan yang amat besar) dan sisa-sisa semen yang tak
bereaksi mis kalsium hidroksida Ca(OH)2, air dan beberapa senyawa
yang lain. Kristal-kristal dari berbagai senyawa yang dihasilkan membnetuk
rangkaian tiga-dimensi yang saling melekat secara random dan kmeudian sedikit
demi sedikit mengisi ruangan yang mula0mula ditempati air, lalu menjadi kaku dan
muncullah suatu kekuatan yang selanjutnya mengeras menjadi benda yang padat dan
kaku. Dengan demikian pasta semen yang telah mengeras memiliki struktur yang
berpori, dengan ukuran pori bervariasai dari yang sangat kecil sampai besar.
Pori-pori tersebut disebut pori-pori gel. Pori-pori yang didalam pasta semen
yang sudah keras mungkin berhubungan, tapi mungkin tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar